Pages

Rabu, 27 Juli 2016

SEKOLAH lagi, bukan SISWA tapi GURU

18/07/2016

My spirit now,

"siapapun mampu menjadi guru hebat, siapa saja bisa menjadi murid luar biasa"


Awal ajaran baru telah tiba,
Semangat baru juga buat mengabdi menjadi guru di smanda tanjungpinang.
Alhamdulillah rezeki yg tiada henti, usai wisuda, kerja tiada henti, mulai dari salman, baznas, lanjut smanda.
InshaAllah lillahi ta'ala.

Seperti biasa satu minggu pertama proses kbm belum efektif,  siswa baru masih sibuk masa pengenalan sekolah dan tes penjurusan, siswa lama yg masih menunggu jadwal dan kelas barunya, guru-guru juga sibuk mempersiapkan segala sesuatu sebelum mulai efektif kbm.

Luar biasa ramainya warga sekolah smanda tahun ini, siswa barunya saja sekitar 500.an yg terbagi menjadi 12 lokal,  6 ipa,  5 ips,  dan 1 bahasa.

Sepertinya di smanda menjadi guru termuda, resiko nya setiap hari harus jaga iman dan godaan anak sma nih. Wajar saja hanya berbeda 5 atau 6 tahunan dengan siswa barunya. Senang banget jadi guru, ntah hobi, ntah apa,  rasanya gak ada beban kalau udah ketemu siswa di sekolah. Guru fisika dan matematika diamanahkan oleh kepsek,  sempat bertanya bisa gak ya? Basic saya fisika, tapi kalau dilihat-lihat fisika dan matematika beti lah,  inshaAllah bisa, dan Alhamdulillah udah berjalan dua minggu semua berjalan lancar. Bahkan yg terasa sulit itu bukan bagaimana cara menyampaikan materinya tapi bagaimana menghadapi siswanya terutama anak ips,  gombal nya luar biasa, niat belajar nya masih setengah-setengah.  Sejumlah pertanyaan pun dipertanyakan ketika masuk ke beberapa kelas,
"status ibuk apa? "
"sudah punya pacar buk? "
"ibuk ke sekolah pakai apa? "
"umur ibuk brapa? "
Banyak lagi pertanyaan sejenis, hanya bisa senyum dan menganggap itu pertanyaan becanda,  dan dijawab dengan sesimple mungkin,  hahhaa

Satu lagi bahkan ada beberapa yg keceplosan manggil kakak,  mungkin karena sudah terbiasa ketemu di bimbel salman manggilnya kakak,  tapi sudah diingatkan di sekolah wajib hukumnya manggil ibuk, dan mereka pun nunduk.

Pekerjaan guru memang tidak mudah,  bagaimana guru bisa melunakkan dan menundukkan hati siswanya supaya berprilaku yg baik dan mempunyai semangat belajar yg luar biasa.

Semoga kedepannya tetap bisa bersahabat,  dan siswa nya juga punya prestasi yang luar biasa.  Aamiin

Minggu, 17 Juli 2016

Penyandang Disabilitas Juga Membutuhkan Pendidikan

Dalam Undang-Undang Dasar tahun 1945 pasal 31 ayat (1) telah tercantum bahwa “Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan”, di Indonesia inilah dasar awal mengapa pendidikan itu penting untuk seluruh warga Negara. Seperti yang telah diketahui bahwa sarana utama untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu menyediakan sekolah yang dijadikan sebagai wadahbagi anak-anak Indonesia melakukan kegiatan belajar agar mampu mengembangkan potensinya secara optimal dan diharapkan nantinya siap berintegrasi di lingkungan masyarakat.

Perkembangan pendidikan di Indonesia diakui terus-menerus meningkat dengan perubahan sistem pendidikan yang semakin baik direncanakan oleh pemerintah. Namun sayangnya pemerintah seperti menekankan pendidikan untuk anak-anak yang normal saja. Lalu bagaimana dengan anak-anak penyandang disabilitas?. Bukti nyata telah berbicara bahwa perhatian pemerintah kepada mereka seperti tidak terlihat.Hal ini dapat dibuktikan dengan jumlah Sekolah Luar Biasa yang sedikit, sarana dan prasarana yang tidak memadai dan keberadaan sekolah ini yang seakan hilang dan tersembunyi sehingga tidak diketahui oleh warga setempat.

Kita tahu semua pasti telah diatur dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia khususnya peraturan dibidang pendidikan, hanya saja realisasi peraturan tersebut dikehidupan nyatanya kurang terlihat. Anak-anak penyandang disabilitas biasanya dikenal juga dengan anak berkebutuhan khusus. Anak-anak ini mempunyai hak untuk memperoleh pendidikan dan memiliki kebutuhan yang berbeda dengan anak-anak normal lainnya. Khusus bagi anak penyandang disabilitas telah disebutkan dalam UU RI Nomor 20 tahun 2003 pasal 5 ayat 2 bahwa warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Pendidikan khusus yang dimaksud adalah pendidikan luar biasa.

Permasalahan yang sering ditemui sekarang adalah kurangnya perhatian orangtua pada anak penyandang disabilitas untuk memberikannya hak akan pendidikan, kurangnya wadah sebagai tempat belajar, tenaga pendidik, sarana dan prasarana yang tersedia untuk mereka sertapola pikir warga yang salah yang hanya memandang sebelah mata anak tidak normal ini. Menyikapi hal ini, kami keluarga besar mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika lebih memilih mengunjungi Sekolah Luar Biasadibandingkan sekolah formal lainnya.Dalam agenda bakti sekolah ini, kami ingin sekali berbagi dengan mereka. Disini jugalah kami banyak belajar tentang semangat hidup yang sebenarnya.
Di SLB Kasih Ibu yang kami kunjungi ini sebenarnya hanya untuk jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SDLB). Namun demi mewujudkan semangat anak-anak yang ingin belajar, dan kepercayaan orangtua yang telah paham akan pentingnya pendidikan yang akhirnya mau menitipkan anaknya untuk bersekolah sehingga juga terdapat beberapa anak yang berada dijenjang pendidikan lebih tinggi yaitu SMPLB dan SMALB. Di sekolah ini tercatat sebanyak kurang lebih 60 siswa-siswi yang telah terdaftar yang terdiri dari siswa-siswi Tunanetra (buta), Tunarungu (tuli-bisu), Tunagrahita (cacat mental), Tuna Daksa (cacat tubuh), Autisme dan lain sebagainya.

Proses pembelajaran di sekolah ini sama halnya dengan sekolah formal biasa. Hanya saja yang diajarkan sesuai dengan kemampuan siswanya masing-masing. Selain pelajaran, keterampilan juga diajarkan sesuai dengan kemampuan siswanya. Pembagian kelas berdasarkan kemampuan dan tingkat keterbatasan masing-masing siswa dan juga digolongkan kepada usia setiap anak.
Mereka dididik oleh tenaga pengajar yang khusus menangani kebutuhan mereka masing-masing, dengan alat-alat bantu yang dibutuhkan sesuai dengan golongan kebutuhan mereka.Cara ini dilakukan untuk mendorong agar mereka yang memiliki keterbatasan juga mau untuk bersekolah, mengembangkan potensi yang terpendam didalam diri mereka dan meraih prestasi seperti anak-anak normal lainnya. Pihak sekolah terus berupaya memberikan motivasi kepada siswa.

Tidak normal bukan berarti tidak mampu berkarya dan lantas menyurutkan semangat hidup mereka, inilah salah satu prinsip yang dipegang anak-anak penyandang disabilitas. Namun saat ini mengapa mereka justru harus disurutkan dengan sosok figur yang harus dibelas kasihani?. Banyak ditemukan anak-anak ini ditempatkan di jalanan untuk meminta-minta atau istilah kasarnya mereka adalah sumber rezeki bagi keluarga. Tidak bisakah kita merubah pola pikirmasyarakat yang seperti ini?.
Mereka tidak pernah meminta untuk dilahirkan seperti ini.Faktanya memang kehadiran penyandang disabilitas dalam keluarga dipastikan tidak diharapkan. Mayoritas yang terjadi memiliki keluarga penyandang disabilitas adalah aib dalam satu keluarga sehingga mereka cenderung menyembunyikan bahkan menyia-nyiakan karena tidak berguna bagi keluarga itu bahkan dianggap sebagai beban masalah. Mirisnya saat ini muncul pola pikir masyarakat yang mengatakan bahwa “anak tidak normal tidak perlu disekolahkan karena mereka tidak bisa melakukan apa-apa”. Sungguh ini sangat butuh perhatian dari penggerak pendidikan dan pemerintah yang masih peduli akan pendidikan di Indonesia.

Permasalahan diatas yang menjadi hal biasa ditemukan di lingkungan masyarakat justru tidak terbukti ketika kami mengunjungi siswa-siswi SLB Kasih Ibu. Sungguh begitu takjub menyaksikan sendiri tingkah laku anak penyandang disabilitas ini. Mereka mempunyai semangat yang sama dengan anak-anak normal lainnya. Keceriaan yang dipancarkan dari wajah mereka sungguh membuktikan betapa rasa syukur dan ikhlas masih milik mereka atas keterbatasan yang mereka alami. Anak-anak ini juga mempunyai cita-cita yang luar biasa.Kesulitan dan halangan yang mereka hadapi karena keterbatasan yang mereka miliki tidak membuat mereka mengeluh lalu menyerah, tetapi justru menjadi pengobar semangat untuk membuktikan bahwa mereka bisa menggapai cita-cita mereka, tidak mau kalah dengan anak-anak normal lainnya.

Ketika saya bertanya kepada salah satu siswa yang berjenjang SMPLB tentang cita-citanya, jawaban yang luar biasa terlontar dari lisannya, senyuman yang mengawali pembicaraan terlihat jelas murni dari hatinya. Ia ingin sekali menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain dan menunjukkan kepada dunia bahwa keterbatasan tak pernah bisa menghalanginya untuk terus belajar. Ia yakin Allah Maha adil, semua hamba yang diciptakan-Nya diberi kelebihan potensi walaupun yang terlihat dari luar hanyalah keterbatasan dan kekurangan.

Salah satu guru menjelaskan bahwa pada dasarnya mereka juga mampu berkarya dan berprestasi, jangan hanya melihat mereka dari segi kekurangannya saja. Mereka membutuhkan bimbingan oranglain untuk mengembangkan potensinya.Disinilah peran guru-guru itu penting. Sekolah ini memang belum mendapat perhatian yang lebih dari pihak luar bahkan masih banyak yang belum tahu keberadaan sekolah ini, tapi hal itu tidak mengurangi semangat beliau sebagai salah satu guru di sekolah ini untuk mendidik anak-anak. Sungguh mulia cita-cita seorang guru yang seperti ini.
Sebenarnya masih banyak di luar sana anak-anak yang memiliki keterbatasan belum berkesempatan menduduki bangku pendidikan yang layak. Disinilah peran orangtua khususnya dan peran orang lain pada umumnya sangat penting bagi mereka. Selain itu juga peran pemerintah yang seharusnya lebih menggalakkan lagi jumlah Sekolah Luar Biasa dan dilengkapi dengan penyediaan tenaga pendidik yang professional, sarana dan prasarana yang memadai, serta memberikan perhatian yang sama dengan anak normal lainnya seperti juga mengadakan program beasiswa khusus untuk mereka, perlombaan keterampilan khusus, dan kegiatan lainnya yang mampu mengembangkan potensi mereka.

Hal yang perlu diperhatikan juga adalah merubah pola pikir masyarakat tentang anak-anak yang memiliki keterbatasan. Menanamkan cara pandang yang luas pada masyarakat yaitu dengan latar belakang yang berbeda mereka tetap manusia yang ingin bisa menikmati indahnya dunia, berinteraksi dengan semua orang sama halnyaseperti anak-anak normal, meyakinkan bahwa kekurangan mereka bukanlah hukuman dari sang Khaliq Allah SWT, mereka bukan produk gagal dari orangtua mereka. Mereka pasti mempunyai kelebihan yang dapat dibanggakan oleh orangtuanya.

Inti dari permasalahan yang telah dipaparkan diatas, solusi yang tepat diberikan yaitu sesuai dengan tujuan pendidikan nasional Indonesia, sehingga untuk mewujudkannya harus memperhatikan seluruh komponen baik pendidikan formal, nonformal, pendidikan khusus dan yang lainnya. Pendidikan formal sudah hal biasa untuk dibahas, bahkan perhatian pemerintah memang lebih kependidikan formal. Oleh karena itu, mengenai pendidikan khusus Sekolah Luar Biasa seperti ini harus tetap didukung, termasuk siswa-siswi yang bersekolah disana. Mereka juga mempunyai impian dan bakat masing-masing sama halnya dengan siswa normal lainnya. Pemerintah, masyarakat, tenaga pendidik, dan orangtua harus peduli dengan adanya wadah sekolah yang tepat seperti ini untuk memenuhi hak mereka akan perolehan pendidikan yang layak, karena sesungguhnya mereka juga tak mau kalah bersaing dengan anak normal lainnya.

Nature is The Best Glasses for Education

“Alam dan Pendidikan”, dua kosakata yang apabila dikawinkan akan menciptakan makna yang luar biasa. Tidak bisa dipungkiri lagi, mau dipisahkan seperti apapun tetap saja keduanya akan menyatu, keduanya saling membutuhkan, alam butuh pendidikan karakter agar pengelolaan alam itu sendiri dapat dilakukan dengan bijaksana dan pendidikan juga butuh alam sebagai pelajaran nyata yang langsung dirasakan sehingga tidak ada lagi rekayasa ilmu pengetahuan yang tidak logis. Semua telah jelas terungkap baik hukum, postulat, teorema, lemma dan istilah lainnya yang terkait dengan pendidikan dan ilmu pengetahuan selalu bersumber dari alam.

Alam berkenaan dengan segala sesuatu yang bersifat alami seperti keadaan geografis, air, hutan, tanah, batu-batuan, flora dan fauna, iklim, suhu udara, musim dan lain sebagainya. Ruang lingkup inilah yang menguatkan alam sebagai sumber belajar bagi terwujudnya tujuan pendidikan.
Kini fakta telah banyak berbicara, alam tak lagi bersahabat, negara Indonesia yang kaya akan Sumber Daya Alam justru seperti kewalahan untuk mengelolanya. Apa yang salah? Siapa yang salah? Mengapa bencana terjadi secara berurutan di alam Indonesia? Lalu apa pula dampaknya dengan pendidikan?. Semua pertanyaan terlontar begitu saja dan feedback pertanyaan-pertanyaan diatas telah banyak ditemukan diberbagai media, jadi ini bukanlah Hot News lagi bagi bangsa Indonesia.
Kondisi alam semakin memprihatinkan, musibah demi musibah, bencana demi bencana seakan berlomba mendera bangsa Indonesia. Lapisan ozon yang semakin menipis, alam yang gersang, dan ketidakseimbangan alam tak dapat dielakkan. Hal ini dominan murni ulah tangan manusia yang serakah. Ketamakan individu atau kelompok tertentu semakin menjadi dengan menghalalkan segala cara meskipun itu merusak alam dan merugikan masyarakat banyak. Faktor lain yang menyebabkan ini terjadi yaitu karena tuntutan ekonomi, pola konsumerisme, pertambahan penduduk dan bahkan semua aspek kehidupan ikut andil dalam masalah ini.

Jika saat ini alam saja sudah rusak, bagaimana kita bisa belajar darinya?. Saat ini alam tak lagi menjadi ruang belajar yang nyaman. Alam yang ramah, indah, dan asri tak lagi dirasakan. Pendekatan empiris yang digunakan oleh para cendikia dan ilmuan terdahulu untuk mengembangkan ilmu pengetahuan demi terwujudnya tujuan pendidikan sangat didukung dengan kondisi alam saat itu. Dari alam lah mereka menciptakan suatu konsep, prinsip, hukum, dan teori yang hingga saat ini kita pelajari di bangku sekolah. Namun sungguh disayangkan, semuanya itu hanya kita terima dengan begitu saja. Seharusnya kita juga menggunakan pendekatan empiris itu untuk memahami semua yang berlaku dialam karena hakekatnya alam diciptakan oleh Maha Pencipta agar kita bisa mengambil pelajaran didalamnya.

Kong Fu Tse mengatakan bahwa if I hear I Forget, if I see I remember, if I do I understand. Dari istilah Kong Fu Tse ini dapat disimpulkan bahwa jika hanya sekedar belajar teori tanpa melihat dan membuktikannya sendiri di alam, ilmu pengetahuan itu hanya singgah lalu dan terlupakan begitu saja. Inilah yang terjadi di Negara kita Indonesia. Bukti nyatanya yaitu dari hasil penelitian program pembangunan PBB (UNDP), pendidikan di Indonesia menempati urutan 109 dari 174 negara, begitu juga tingkat pemahaman sains di Indonesia menempati peringkat 41 dari 43 negara.
Dari pemaparan masalah diatas, sudah sangat jelas bahwa alam berhubungan erat dengan pendidikan. Alam adalah media pendidikan sekaligus sebagai sarana yang digunakan oleh manusia untuk melangsungkan proses pendidikan. Didalam alam ini manusia tidak dapat hidup mandiri dengan sesungguhnya karena antara manusia dan alam saling membutuhkan dan saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Dimana alam membutuhkan manusia untuk merawat dan memeliharanya sedangkan manusia butuh alam sebagai sarana pembelajaran.

Guna mewujudkan pendidikan yang lebih baik bisa kita implementasikan di alam itu sendiri. Sebagai agent of change, mahasiswa memiliki peranan penting untuk memperbaiki semua ini, mengubah mindset apatis menjadi care atau peduli terhadap kondisi alam. Pentingnya kita untuk peduli terhadap alam dan senantiasa menjaga kelestariannya karena beberapa alasan yaitu:
  1. Alam adalah kacamata dan guru terbaik bagi majunya pendidikan.
  2. Alam sebagai ruang belajar, media dan bahan mengajar.
  3. Berinteraksi dengan alam memberikan pengalaman belajar yang langsung bisa dinikmati dan mudah dipahami.
  4. Bermain dengan alam dapat menciptakan ide-ide cemerlang karena alam adalah ibu bagi bumi.
Telah banyak ide-ide kreatif dari mahasiswa untuk mengatasi masalah ini baik dari penciptaan teknologi ramah lingkungan maupun pembentukan gerakan peduli lingkungan dan pendidikan dikalangan mahasiswa. Mungkin kita selama ini terlalu banyak berteori mengatakan harus ini dan harus itu untuk menjaga kelestarian alam tetapi implementasinya tidak begitu terlihat atau mungkin kurangnya massa untuk menggencarkan semua visi dan misi yang telah dirancang karena tak bisa kita pungkiri penyebab alam rusak bukan sepenuhnya karena kalangan ketidakpedulian mahasiswa tetapi juga karena karena kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya alam, dan keserakahan orang-orang besar yang berkuasa di sektor industri.

Sebagai makhluk individu, kita perlu upaya konkret yang dimulai dari ruang lingkup pribadi kita sendiri untuk membiasakan ramah dengan alam yaitu bisa kita lakukan selama beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Jika kebiasaan itu telah terpupuk dengan baik pada individu masing-masing, barulah gencarkan gerakan peduli alam pada lingkungan sekitar baik itu keluarga dan masyarakat karena bukti nyata adalah contoh atau tauladan yang baik untuk mengajak masa yang banyak agar senantiasa menjaga alam. Harapannya berawal dari hal yang kecil akan membuahkan manfaat yang besar bagi kelestarian alam.

Memupuk kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga alam memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Pendidikan di alam mempunyai ajaran yang sangat lengkap mulai dari pendidikan karakter, kehidupan sosial hingga hubungan batin antara manusia dengan Tuhan. Oleh karena itu, perlunya pembentukan upaya pendidikan berbasis alam yang diperuntukkan untuk semua kalangan. Harapannya dengan pendidikan alam ini proses penyiapan, penyadaran dan pendewasaan manusia dalam berinteraksi, berprilaku, dan melestarikan alam dapat terwujud dengan baik sehingga secara tidak langsung akan memberikan dampak positif terhadap pendidikan di Indonesia.

Episode KKN Kebangsaan 2015